Jumat, 15 November 2013

Save me! Originaly told by Jason

Posted by Unknown On 01.39 No comments
Originaly told by –jason-

Save me


Rahma adalah seorang petugas social, spesifikasinya adalah menangani kasus kasus yang berhubungan dengan penganiayaan terhadap anak disebuah keluarga.

Sebagai seorang petugas social, rahma terlalu menarik sebenarnya. Disamping cantik dan memiiki tubuh yang sangat bagus, seharusnya dia menjadi seorang model saja. semua rekan rekan dikantornya seringkali meledeknya sebagai seorang “model nyasar”. Bagi seorang idealis seperti rahma, uang bukan menjadi sebuah masalah. Mungkin uang merupakan salah satu katalisator bagi seseorang untuk mendapatkan kepuasan duniawi, namun terkadang orang dengan banyak uang masih memiliki kesulitan dalam mencari cara untuk memuaskan batinnya.

Dalam umur yang tergolong masih muda, rahma belum memikirkan rencana untuk menikah. Baginya pernikahan terkadang disatu sisi menjadi sebuah penghalang dalam pengabdiannya terhadap pekerjaannya, terhadap lingkungan social. Masalah materi, rahma tidak memiliki kesulitan sama sekali. Bisa dikatakan pekerjaannya di dinas social justru merupakan sebuah sambilan saja. Diluar kehidupannya sebagai seorang petugas social, usaha bisnisnya sukses dimana mana. Dari butik, usaha kuliner sampai pada perlengkapan kecantikan, semuanya menghasilkan pendapatan yang lebih dari cukup untuk membiayai model hidup seperti apapun. Rahma adalah seorang idealis, dia bekerja di kantornya kini adalah demi mendapatkan kepuasan batin semata. Seorang altruis sejati yang mendapatkan kepuasan dan kebahagian dari kebahagiaan orang lain yang mendapatkan pertolongannya.

Sudah selama sebulan dia melakukan kunjungan rutin disebuah keluarga yang menjadi sumber perhatiannya selama ini. keluarga tersebut kini hanya beranggotakan seorang ibu dan seorang gadis kecil berusia dua belas tahunan tahunan. Ibu ambar sebelumnya merupakan seorang yang sangat elegan, tegar, dan cerdas. Mungkin semua sifat itu menurun pada putrinya, erna. Sebelumnya keluarga ini tinggal disebuah komplek perumahan elit. Namun setelah suaminya meninggal, keadaan ekonomi berubah 180 derajat. Ibu ambar dan putrinya kini tinggal disebuah rumah kecil di pinggiran kota.

Perubahan keadaan inilah yang mungkin mengakibatkannya mengalami depresi hebat. Manusia bisa begitu merasa terjatuh ketika apa yang dimilikinya,dikumpulkan dalam jangka waktu yang tidak singkat, tiba tiba harus hilang dalam sekejap.

Ambar menjadi seorang yang temperamental, emosinya meledak ledak, dan satu satunya pelampiasannya adalah erna yang selalu berada di dekatnya.

Gadis kecil tak berdosa ini seringkali dijadikan samsak hidup oleh ibunya yang kini mengalami depresi.

Pertama kali rahma bertemu erna adalah dikantor polisi, ketika salah satu tetangganya melaporkan kekerasan ambar terhadap anaknya ini. rahma sedikit banyak melihat dirinya sendiri didalam sosok anak ini, seorang yang tegar, sosok wanita yang amat tangguh menghadapi tiap cobaan. Namun rahma dapat menyadari dari tatapan anak itu bahwasanya dia benar benar memerlukan perlindungan saat itu.

Namun dia tidak bisa berbuat banyak. Ketika ambar hendak ditahan atas tuduhan penganiayaan, erna menyangkal semua tuduhan itu, nampaknya dia mengkhawatirkan keadaan ibunya. Bisa diterka sebenarnya dalam rumah kecil dan sempit itu ernalah yang menjadi pengatur roda kehidupan keluarga. Ambar menurut catatan kesehatannya menjadi seorang pecandu, narkotik dan alcohol kini mengalir dalam darahnya. Membuat pikirannya menjadi tidak waras. Hal ini tentu saja diketahui oleh erna, namun apapun yang terjadi, dia tetap bungkam, bagaimanapun juga ambar adalah ibu dan satu satunya keluarganya yang masih tersisa.

Ada sebuah hal yang selalu terbayang baying dalam pikiran rahma, saat mereka hendak berpisah, dimana erna harus kembali kerumah sempit itu, untuk menjalani rutinitasnya dengan ibunya, erna memegang erat lengan tangan rahma; “kau akan menyelamatkan kami bukan? Aku butuh seorang pelindung saat ini”. kata kata erna selalu terngiang di telinga rahma, dan tatapan matanya yang tajam tidak menunjukan permohonan belas kasihan, Nampak sangat dingin disana, namun apapun semua itu rahma tahu satu hal; gadis cilik ini benar benar membutuhkan seseorang untuk mengeluarkannya dari masalah ini tanpa harus memisahkannya dengan ibunya. Tapi bagaimana mungkin? Ambar dalam keadaan depresi hebat ditambah lagi dengan alcohol dan narkotik yang ia konsumsi membuat semuanya menjadi bertambah buruk saja.

Rahma tidak memiliki jalan keluar, namun dia berjanji akan membantunya sekuat tenaga. Dia menatap mata gadis cilik itu, merasakan iba yang teramat sangat sebelum beberapa saat kemudian dia harus pergi karena kepentingan kantor dan begitu dia kembali, ambar telah membawa erna kembali ke rumah.

Kunjungan pertama rahma ke rumah ambar adalah dua minggu setelah pertemuan pertama mereka. Sebelumnya masalah ini dipantau oleh salah satu petugas senior disana. Namun dalam penilaian atasannya, apa yang petugas itu lakukan tidak cukup membantu sehingga kemudian dia membuat sebuah alternative lain, sebuah pendekatan yang bisa dikatakan tidak biasa untuk masalah ini. Atasannya mengetahui bahwa rahma sangat tertarik akan kasus ini dan memiliki ikatan emosi kuat dengan erna. Hendra, atasannya, kemudian menugaskan rahma untuk melakukan kunjungan rutin ketempat tersebut. “kurasa kau adalah orang yang cocok untuk mengurus hal ini. aku tahu kompetensimu, dan aku tahu kau bisa melakukan penilaian yang objektif, satu hal yang aku tekankan disini adalah agar kau jangan melibatkan perasaanmu walaupun hal itu jelas tidak mungkin. Aku melihat semua laporan, dan aku tidak bisa mencegah emosi membakarku. Namun bagaimanapun kita harus bekerja secara professional. Meyakinkan erna bahwa hidup dengan ibunya adalah sebuah mimpi buruk mungkin bisa mempermudah pekerjaanmu. Walaupun sulit aku rasa semua itu bisa untuk dicoba” pesan hendra sebelum rahma melakukan kunjungannya.

Kunjungan terakhir adalah seminggu yang lalu. Ambar dalam keadaan yang sangat parah, dan erna menolak kunjungan berikutnya, karena merasa bahwa petugas yang datang terlalu menekan ibunya dan membuat semua hal menjadi bertambah buruk bagi dirinya.

Rahma hanya mengangguk, mencoba memahami situasi dari semua sudut pandang semampu yang ia bisa.

Perjalanan dari kantor menuju tempat erna memakan waktu hampir dua jam lamanya, namun hal ini tidak menyurutkan tekad rahma untuk membantu mereka. Sepanjang perjalanan rahma melihat lihat catatan laporan kunjungan. Semua yang dia lihat Nampak sebagai sebuah formalitas belaka, tidak memperlihatkan sebuah laporan yang menyeluruh. Pikirannya kembali pada sosok erna, gadis cilik malang yang terjebak dalam sebuah keadaan menyedihkan. Didalam mobil rahma memikirkan kata kata yang akan dia katakana untuk membujuk erna agar bisa lepas dari ibunya. Memang seharusnya badan perlindungan anak memiliki otoritas tersendiri untuk hal ini. namun seperti yang kalian kira, ambar merupakan orang yang terpelajar, dia mengetahui seluk beluk hukum akan hal hal semacam ini, sehingga selalu berhasil lepas dari jeratan hukum dan tetap mencengkeram erna sebagai miliknya.

Rahma tiba di rumah itu sekitar pukul 8 pagi. Setelah mearkirkan mobilnya, dia segera beranjak turun dan menyiapkan segala sesuatunya, terutama mental.

Rumah tersebut sebenarnya tidak terlalu buruk bagi kebanyakan orang, namun bagi seseorang yang pernah mencicipi kemegahan sebuah istana sebelumnya, rahma bisa mebayangkan bahwa rumah kecil ini tidak lebih dari mimpi buruk semata, apalagi dimata ambar dimana dalam pikiran orang semacamnya, ego merupakan sesuatu yang teramat penting, diatas segalanya. Rumah ini Nampak tidak terawat, tampak kumuh, halaman depang penuh dengan dedaunan kering berserakan dari pohon mangga yang ada di depannya. Nampaknya penghuni rumah ini tidak begitu memperdulikan hal ini, tidak punya waktu atau bahkan sudah lupa bagaimana cara membersihkan sebuah rumah. Dibelakang rumah terdapat sebuah kebun, yang sekilas keadaannya tidak jauh berbeda dengan bagian depannya.

Rahma mengetuk pintu rumah. Tidak ada jawaban. Rahma melihat sekelilingnya, keadaan lingkungan tersebut Nampak lengang, nampaknya masyarakat sekitar sibuk mengurus masalahnya sendiri sendiri. Rahma meutuskan untuk mengetuk pintu rumah dengan lebih keras, mungkin ambar masih tidur atau dalam keadaan teller sehingga tidak mendengarnya.
“spada!!!... adakah orang didalam?”
Masih tidak ada jawaban juga.
Rahma kembali menengok sekeliilingnya. Seorang tetangga kemudian Nampak keluar dari rumah hendak membeli sesuatu, rahma memutuskan untuk bertanya padanya.

Tetangga tersebut mengatakan beberapa hari yang lalu sering teredengar suara erna berteriak diikuti dengan suara benda benda pecah dari dalam rumah tersebut. Dia tidak berani untuk ikut campur, mengingat bahwa sebenarnya keluarga tersebut dalam pengawasan pihak kesejahteraan social, maka dia memutuskan bahwa apapun yang ada disana menjadi tanggung jawab badan social tersebut.

“untunglah anda datang nona… aku yakin sesuatu yang buruk terjadi dirumah itu” kata tetangga tersebut dengan penuh keprihatinan
“saya mengetuk pintu rumah namun tidak ada yang menjawabnya,…. Apakah mereka sedang bepergian?” tanya rahma
“tidak begitu yakin…. Memang beberapa hari yang lalu sejak keributan yang saya dengar suasana rumah menjadi sepi… semoga tidak ada hal buruk yang erjadi….” Kata tetanggatersebut
“mungkin saya harus datang lagi lain waktu…” kata rahma sembari berpamitan.

Sepanjang perjalanan pulang rahma merasakan bahwa erna pastilah dalam masalah yang serius, namun dia harus berpikiran positif, mungkin saja akhirnya ambar berubah perilaku dan mengajak putrinya berlibur dan bersenang senang.

Malam itu ketika rahma hendak tidur, ponselnya bordering… sebuah pesan singkat dari atasannya menanyakan bagaimana perkembangan keluarga ambar. Rahma berpikir sejenak, dan mengatakan bahwa semuanya Nampak lebih baik, dan kembali akan melakukan kunjungan dua hari kemudian. Rahma membalas sms dan kemudian memutuskan untuk tidur.

Menjelang subuh ambar terbangun dari tidurnya. Sebuah mimpi yang begitu mengerikan datang dalam tidurnya. Semua itu berkaitan dengan erna. Dia melihat erna dalam keadaan babak belur, lebam dimana mana dengan wajah sangat ketakutan meringkuk dipojokan kamarnya. Bibirnya pecah, seperti telah dipukuli oleh ibunya. Namun ada hal yang sangat aneh dalam mimpi itu berkaitan dengan erna. Wajahnya sangat ketakutan namun sorot matanya Nampak begitu marah dan menyimpan dendam. Rahma bersyukur bahwa semua itu hanyalah mimpi. Dia kemudian beranjak dari ranjangnya untuk berwudhu dan menunaikan sholat subuh, dan mungkin semua itu bisa menenangkan pikirannya.

Ketika dia hendak membuka pintu kamarnya, dia mendengar suara gemerisik dari arah ranjangnya. Mengira bahwa itu adalah kucing kesayangannya, rahma berbalik dan apa yang dia lihat sungguh membuatnya sangat terkesiap. Erna berdiri di depan lemarinya “kau sudah berjanji untuk melindungkiu? Kenapa kau tidak pernah datang?” tanya sosok erna… suaranya begitu dingin dan gelap, terasa begitu geram. Rahma kemudian meraih sakelar lampu dan menyalakannya. “erna… kenapa kau bisa—“ belum sempat menyelesaikan pertanyaannya, erna telah menghilang. Rahma merasa sangat bingung namun tidak bisa dipungkiri dia cukup merasa bergidik pula. “mungkinkah semua itu hanya imajinasi saja? Mungkin semua hal ini begitu menyita perhatiannya” pikir rahma.

Rahma kemudian memutuskan untuk kembali mengunjungi rumah ambar pagi itu. dia merasa ada sesuatu yang tidak beres.

Rahma kembali mengunjungi rumah ambar. Sebelum dia mengetuk pintu, erna telah membukakan pintu untuknya.
“aku sudah menunggumu” kata erna singkat sambil memberikan isyarat agar rahma masuk.
Rahma tidak melihat ambar ada dirumah. “dimana ibumu?” tanya rahma. “tidur” jawab erna pendek. Rahma melihat bekas lebam dipipi erna yang disembunyika dengan bedak tebal, cukup meyakinkan memang, namun entah kenapa rahma bisa melihat lebam tersebut.

Rumah tersebut memang kecil dan pengap. Cahaya matahari tidak cukup menyinari bagian dalam rumah. Suasana yang ada disana lebih terasa seperti disebuah bunker daripada sebuah rumah. Remang remang dan pengap, dan ada sebuah bau yang samar… seperti bau busuk dari kulkas yang tidak pernah dibersihkan dan semua isinya membusuk. Erna menyilahkan rahma untuk duduk diruang tamu. “ibu sedang tidur… mungkin masih teller, lebih baik jangan kau ganggu… aku bisa mendapatkan kesulitan nanti” kata erna setengah memohon. Namun ada ketegasan dalam nada suaranya, seperti memberi sebuah perintah saja. Rahma hanya tersenyum dan mengangguk pengertian. Rahma mulai melakukan tugasnya sebagai seorang petugas social, memberikan pertanyaan demi pertanyaan kepada erna, namun erna tampak seperti tidak terlalu antusias. “bisakah kita hentikan semua ini? aku terlalu lelah mengurus ibu akhir akhir ini” katanya. “dan kenapa kau tidak pernah datang seperti yang telah kau janjikan sebelumnya?” tanya erna sengit. Rahma hanya menghela nafas, dan berusaha menjelaskan bahwa semua membutuhkan proses yang rumit. Nampaknya erna bisa mengerti hal ini “tidak apa apa… setidaknya kau telah datang…” kata erna.

Merekapun kemudian berbincang lebih akrab lagi, setelah suasana mencair. Entah kenapa rahma merasakan bahwa dia bisa mengerti, sangat mengerti tentang apa yang erna alami. Bahkan dia bisa menyimpulkan seperti apa kepribadian erna dalam sebuah pertemuan singkat itu. dari apa yang dituturkan erna, rahma bisa menangkap bahwa ambar memang seringkali melakukan kekerasan terhadap anaknya, bahkan terkadang dia hampir membunuh putrinya sendiri. Pernah suatu hari erna dihajar menggunakan sapu sampai muntah darah, dan pernah juga ambar hendak menenggelamkan anaknya ini disebuah ember besar. Namun anehnya menurut penuturan erna, setelah melakukan semua itu ambar selalu menangis dan meminta maaf dengan amat menyesalnya… ambar seringkali mengatakan bahwa itu semua adalah kesalahannya.

Rahma merasa sangat shock mendengar hal ini, dan memutuskan untuk segera bertindak lebih jauh dalam menyikapi masalah ini. dia segera mengirimkan sebuah pesan singkat kepada hendra mengenai keadaan sebenarnya yang dialami oleh erna.

Sebelum pulang rahma merasa sangat gerah berada dirumah pengap itu. diapun kemudian meminta izin untuk menggunakan kamar mandi untuk mencucui mukanya. Erna menunjukan tempatnya. “kamar mandi ada diujung lorong… tapi tolong jangan berisik, kamar ibu ada diruangan sebelum kamar mandi… aku takut ibu sampai terbangun, dan aku mendapat kesulitan kembali. Aku sudah tidak tahan”. Rahma berjanji untuk melakukannya setenang mungkin.

Ketika rahma berjalan melintasi kamar ambar, selintas bau busuk kian menyengat. Rahma tidak bisa tidak berpikir macam macam, namun demi keselamatan erna dia memutuskan untuk mengabaikannya. Rahma kemudian masuk dan mencuci mukanya, berusaha untuk bersikap tenang. Kemudian dia keluar dan hendak berpamitan kepada erna, dan bahkan dia sempat berpikir untuk membawa kabur erna saja, namun mengingat kelihaian ambar dikantor polisi ketika interogasi dilakukan sebelumnya, rahma mengurungkan niatannya. “akan jauh lebih buruk lagi bagi erna jika aku melakukan hal ceroboh itu” pikir rahma.

Rahma berjalan menuju ruang tamu tempat dimana erna duduk menunggunya. Jarak antara kamar mandi dengan ruang tamu tidak begitu jauh dan tidak tertutup ruangan lain, sehingga rahma dapat melihat erna yang duduk membelakanginya. Namun begitu dia mendekati kamar ambar, rahma melihat bahwa pintu kamarnya kini terbuka sedikit, menyisakan sebuah celah saja, dan bersamaan dengan ini bau busuk tercium sangat kuat. Membuatnya sangat mual. Penasaran dengan hal ini, rahma memutuskan untuk mengintip kamar ambar. Apa yang dia lihat sungguh membuatnya sangat mual, walaupun dia tidak pernah bertemu dengan ambar sebelumnya namun dia bisa mengetahui bahwa maat membusuk yang teronggok diatas tempat tidur dengan wajah rusak adalah ambar. “Apa yang telah terjadi???” jerit rahma dalam hati tidak bisa menahan rasa shocknya. namun sebelum rahma bisa menguasai dirinya. Dia mendengar suara erna… suara yang sangat dingin dan terdengar sangat jahat dalam nada yang pelan tapi begitu mengintimidasi.. suara yang kini terdengar tidak seperti suara anak kecil seumurannya…

“apa yang kau lakukan?.... sudah kubilang agar jangan mengganggunya, atau aku akan mendapatkan kesulitan….”

Dan sebelum rahma dapat berkata kata lagi… kepala rahma berputar menghadapnya dengan tubuh masih membelakanginya. Rahma bergidik ngeri melihat hal ini, semua tungkai kakinya melemas, dan diapun ambruk diatas lantai. Dan kemudian dia melihat sosok erna perlahan lahan berdiri dengan kepala menghadap pada rahma, menatapnya penuh dendam dan tubuh yang masih menghadap arah sebaliknya…

“kau tidak pernah datang… kau telah ingkar janji… kau menyebabkan semua ini terjadi… kau membiarkanku dalam penderitaan… kau membiarkanku membunuh ibu…. “
Seketika tubuh erna memutar dan menghadap rahma, dan mulai berjalan mndekatinya. Rahma menjerit ngeri melihat horror yang ada di depannya… dan bertambah ngeri lagi ketika dia melihat erna yang berjalan mendekatinya dengan langkah aneh seperti orang yang terkena serangan epilepsy… mengejang dan berjalan terseret… rahma merangkak menuju masuk kekamar ambar tanpa dia sadari, dan nampaknya hal ini menjadi bertambah buruk saja.

Namun hal itu bukan bagian yang terburuk… ketika dia melihat dimeja rias yang ada dikamar itu dia melihat bayangan dirinya di dalam cermin… dan bayangan itu bukanlah bayangan dirinya melainkan bayangan dari erna sendiri. shock, ngeri dan bingung, serta mual bercampur dalam diri rahma…sebelum akhirnya dia menyadari sesuatu yang selama ini dia berusaha untuk sembunyikan. Yah semua menjadi sangat jelas sekarang! Rahmapun menjerit ngeri dan akhirnya diapun jatuh pingsan.

Rahma terbangun disebuah ruangan tertutup yang hanya menyisakan sebuah jendela kecil disatu satunya pintu yang ada diruangan itu. dia terikat disebuah ranjang, dan mendengar orang berbicara disampingnya. Hendra Nampak bercakap cakap dengan seorang wanita yang rahma tahu itu adalah ibunya, dan dia merasa sangat membencinya.
“dia kembali mengamuk… nampaknya traumanya telah menghancurkan benteng psikologisnya… dia benar benar kacau bu Ambar. Tidak ada pilihan lain bagi kami untuk memberikan penenang kembali” kata hendra kepada wanita itu… ibunya sendiri…

Rahma merasa sangat marah saat itu…entah karena apa, namun perasaan itu semakin menguat ketika dia melihat wanita itu. dengan semua senyuman manisnya.

“saya mohon pamit dulu… ada pasien lain yang harus saya tangani” kata hendra, dan wanita itu hanya tersenyum dan mengangguk. Hendrapun kemudian pergi meninggalkan rahma berdua saja dengan wanita itu.

Wanita itu yang merupakan ibunya, kemudian tersenyum… namun rahma mengetahui bahwa dibalik senyumannya itu bersembunyi sesosok iblis. “jangan khawatir anakku…” kata wanita itu “seperti yang kau tahu… aku telah menyingkirkan dia… kini dia tidak bisa menyentuhmu lagi, kau aman… akulah malaikat pelindungmu” bisik wanita itu ditelinganya. Setelah membisikan hal itu diapun beranjak pergi, dan sebelum keluar dari pintu, wanita itu kemudian berkata kembali pada rahma :

“jangan khawatir sayangku… mungkin saat ini kita tidak bisa berkumpul kembali karena kesehatanmu… namun jangan khawatir, ibu telah merencanakan sesuatu…. Kau akan segera keluar sebentar lagi, dan kita akan bersenang senang seperti yang biasa kita lakukan…” wanita itu menoleh kepada rahma dengan senyuman keji dan tatapan mata yang amat kejam saat ini…. dan diapun kemudian melenggang keluar ruangan, membiarkan rahma terkunci sendirian dikamar sempit serba putih itu.

Amarah dan rasa ngeri segera membakar seluruh tubuh rahma…. Namun dia tidak bisa melakukan apapun kecuali menjerit…….. dan menjerit…….

0 komentar:

Posting Komentar